BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kemajuan
peradaban Barat dimulai pada Periode Pertengahan (1250-1800 M), yang mana
peradaban islam pada periode ini mengalami stagnasi. Sedangkan peradaban barat
mengalami perkembangan yang sangat pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi
sampai sekarang ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa Andalusia (Spanyol) pada
masa pemerintahan Bani Abbasiyah adalah merupakan salah satu tempat yang paling
utama bagi Eropa dalam menyerap peradaban islam baik dalam bentuk hubungan
politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Salah satu
contoh yang kami ambil adalah pemikiran Ibnu Rusyd yang melepaskan belenggu
taklid dan menganjurkan kebebasan berfikir.
Dari pemikiran
Ibnu Rusyd inilah yang menarik minat orang-orang Barat untuk belajar. Diantara
pemuda Kristen Eropa yang belajar di Universitas-universitas Islam di
Andalusia, seperti Universitas Codova (pendirinya abd Al RahmanIII),
Seville,Malaga, Granada dan Salamanca. Selama mereka belajar di lembaga-lembaga
tersebut, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya para ilmuan muslim. Jadi sudah
jelaslah bahwa latar belakang
berkembangnya Studi Islam di dunia Barat adalah disebabkan para pelajar barat
yang datang ke Jazirah Arabiyah untuk belajar. Disamping itu juga para ilmuan
telah berhasil menerjemahkan karya-karya muslim kedalam bahasa latin. Gerakan
ini pada akhirnya menimbulkan masa pencerahan dan revolusi industri yang
menyebabkan Eropa maju.
B. Rumusan Masalah
Bagaimaimana Perkembangan Islam di Barat?
C. Tujuan
Mengetahui
bagaimana keadaan atau perkembangan islam di dunia barat beserta yang bersangkutan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Islam di Barat
Perubahan peradaban umat manusia berawal dari
bertemunya peradaban Islam dan peradaban bangsa Eropa. Setelah bangsa Arab
menduduki semenanjung Iberia atau Spanyol, mereka membangun Daulah Andalusia
yang dikenal dengan nama Kekhalifahan
Barat. Sebagai bangsa yang tergila-gila pada membaca dan menimba ilmu,
mereka melahap semua buku filsafat Yunani kuno, baik yang ada di Daratan Eropa
maupun yang ada di pusat kekaisaran Romawi Timur, yaitu di Bizantium. Sejalan
dengan itu, lahirlah para cendekiawan muslim yang di samping menerjemahkan
karya-karya kuno, juga menghasilkan karya sendiri dalam berbagai cabang ilmu.
Perkembangan Islam di Barat tak luput dari kemajuan
peradaban Islam di Spanyol. Islam di Spanyol pada sekitar abad ke-8 M telah
membuka cakrawala baru dalam dunia Islam, dalam rentang waktu kurang lebih
tujuh setengah abad, umat Islam di Spanyol telah mencapai kemajuan yang pesat,
baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun kebudayaan. Ketika itu, Spanyol
merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad di
Timur. Sehingga banyak orang Eropa (Barat) yang datang belajar ke sana,
kemudian menerjemahkan karya-karya ilmiah umat Islam. Setelah mereka pulang ke
negeri masing-masing, mereka mendirikan universitas dengan meniru pola Islam
dan mengajarkan ilmu-ilmu yang dipelajari di Universitas Islam. [1]
Orang-orang Spanyol Kristen sebagai penduduk asli,
sangat terpesona pada peradaban Islam yang gemilang serta sadar atas
keterbelakangan mereka terutama dalam ilmu pengetahuan,kemudian mereka segera
menyesuaikan diri dengan kemajuan tersebut.
Peradaban Islam di Spanyol pada saat ini berimbas
pada bangkitnya renaissance dunia Barat pada abad pertengahan, sehingga dapat
dikatakan Arab Spanyol adalah guru bagi Eropa dan Universitas Cordova dan
Toledo.
Selanjutnya untuk mempermudah penyerapan ilmu-ilmu
Arab, di Teledo ini didirikan Sekolah Tinggi Terjemah dengan tujuan
menerjemahkan buku-buku bahasa Arab yang tersisa dari pembakaran. Dengan
demikian, Teledo menjadi pusat perkembangan Islam di Barat. Peranannya
bertambah lengkap setelah umat Islam terusir dari Andalusia. Kota-kota lain di
Andalusia, seperti Cordova, Sevilla, Malaga, dan Granada dapat mereka
manfaatkan. Dari sini tampak bahwa bangsa Barat benci kepada Islam, namun
mereka haus dengan ketinggian kebudayaan dan ilmu pengetahuannya.[2]
Secara garis besar kajian studi Islam di Barat
(Eropa) dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: kajian studi Islam klasik dan
kajian studi Islam modern
a. Kajian
studi Islam Klasik
Secara
garis besar kajian studi Islam klasik di dunia Barat terbagi menjadi dua fase
yaitu:[3]
1. Fase
kejayaan muslim
Kontak pertama antara dunia Barat
dengan dunia muslim adalah lewat kontak perguruan tinggi, sejumlah ilmuan dan
tokoh-tokoh barat datang di perguruan tinggi muslim untuk memperdalam ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di dunia Islam belahan Timur, perguruan tinggi
tersebut berkedudukan di Baghdad dan di Kairo, sementara di belahan Barat
berada di Cordova.
Bentuk lain dari kontak dunia muslim
dengan dunia barat pada fase pertama adalah penyalinan manuskrip-manuskrip ke
dalam bahasa latin sejak abad ke-13 M hingga bangkitnya zaman kebangunan
(renaissance) di Eropa pada abad ke-14, berkat penyalinan karya-karya ilmiah
dari manuskrip-manuskrip Arab itu, terbukalah jalan bagi perkembangan
cabang-cabang ilmiah tersebut di Barat. Apalagi sesudah aliran empirisme yang dikumandangkan
oleh Francis Bacon menguasai alam pikiran di Barat dan berkembangnya observasi
dan eksperimen.
Berkat penyalinan karya-karya ilmiah
dari manuskrip-manuskrip Arab itu, terbukalah jalan bagi perkembangan
cabang-cabang ilmiah tersebut di Barat. Apalagi sesudah aliran empirisme yang
di kumandangkan oleh Francir Bacon (1561-1626) mealui karyanya Novum Organon menguasai alam pikiran di
Barat dan berkembangnya observasi dan eksperimen. Tapi penyalinan karya-karya
filsafat itu juga membangkitkan pro dan kontra yang sangat tajam pada masa-masa
permulaan. Ensclopedya Britannica
jilid II halaman 191-197 (Arabic
Philoshopy) mengungkapkan pengaruh penyalinan karya-karya filsafat itu dengan
panjang lebar dan terperinci.[4]
Tokoh-tokoh yang mula-mula meperkenalkan
ilmu pengetahuan bangsa Arab itu, terutama dalam bidang kedokteran (ketabibaban
atau medical science) dan bidang matematika (mathematics) pada abad ke-11 M
adalah Gerbert d’Auvergne yang kemudian
menjabat paus di Vatikan dengan panggilan Pope Sylvester II (999-1003).
Pada pertengahan abad ke-12 M barulah Raymund, Archbishop of
Toledo, membentuk society of Translators yang diketuai oleh Arcbdeacon
Dominicus Gundasalvi, dan buat pertama kalinya muncul versi-versi dalam bahasa
latin mengenai himpunan komentar Avicienna (Ibnu Sina) dan Agazales
(Al-Ghazali) dan juga Vons Vitae karya Ben Gebirol. Yang dipekerjakan sebagai
penerjemah itu adalah tokoh-tokoh Yahudi yang dipaksa memeluk agama Kristen
setelah ibu kota Toledo direbut dari kekuasaan islam, dan seorang tokoh
terkenal: Joannes Avendeath. Dengan demikian mulailah berlangsung kegiatan
penyalinan naskah-naskah Arab. Karya Ibnu Sina dalam bidang ketabiban yaitu
Canon of Medicine, disalin untuk pertama kalinya oleh Gerard of Cremona (wafat
1187 M). Tetapi penyalinan itu barulah berlangsung secara intensif setelah
berada dibawah naungan kaisar Fredrick II (1212-1250), kaisar Holy Roman
Empire, yang menjabat king of Sicily dan lebih banyak menetap di Pulau Sicily
itu di ibukota Palermo.[5]
2. Fase
Renaissance
Kedatangan muslim fase kedua ke
dunia barat, khususnya eropa barat dilatar belakangi oleh dua alasan pokok,
yaitu alasan politik dan alasan ekonomi.
Alasan politik adalah kesepakatan
kedua negara, yang satu sebagai bekas penjajah, sementara yang satunya sebagai
bekas jajahan. Misalnya Perancis mempunyai kesepakatan dengan negara bekas
jajahannya, bahwa penduduk bekas jajahannya boleh masuk ke Perancis tanpa
pembatasan. Maka berdatanglah muslim dari Afrika Barat dan Afrika Utara, khususnya
dari Algeria ke Perancis.
Adapun alasan ekonomi adalah untuk
mencukupi tenaga buruh yang dibutuhkan negara-negara Eropa Barat. Untuk
menutupi kebutuhan itu Belgia, Jerman, Belanda merekrut buruh dari Turki,
Maroko, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya, sementara Inggris
mendatangkan dari negara-negara bekas jajahannya. Adapun kategori Muslim yang
ada di Eropa Barat ada dua, yakni pendatang (migran) dan penduduk asli.
a.
Kajian Studi Islam Modern
Kajian studi Islam modern di Barat berlangsung pada abad ke-19. Pada era
modern ini, dalam dunia akademi Barat lebih terbuka pada cabang-cabang keilmuan
Islam yang lain. Tidak hanya filsafah dan sains tetapi juga cabang-cabang
keilmuan Islam yang lain, seperti Al-Qur’an, hadits, fikih, dan sejarah Islam.
Dan yang lebih penting serta menguntungkan bagi akademis Islam adalah muncul
perspektif yang berbeda ketika melihat khazanah keilmuan Islam. Kajian-kajian
Al-Qur’an, hadits, fiqih dan lainnya yang selama ini oleh kalangan muslim
diposisikan sebagai serpihan surat yang dimuliakan, oleh ilmuan Barat di kaji
secara kritis dan di tinjau dari aspek-aspek humanis yang membentuknya. Hal ini
tentu sangat berguna bagi dinamika khazanah keIslaman.[6]
B.
Pusat-pusat kajian Islam di Barat
Studi Islam di Barat diselenggarakan di
beberapa Negara antara lain:[7]
a.
Kanada
Di Kanada studi Islam bertujuan:
·
Menekuni kajian budaya dan
peradaban Islam di zaman Nabi Muhammad SAW hingga masa kontemporer.
·
Memahami ajaran Islam dalam masyarakat musli
di seluruh dunia.
·
Mempelajari bahasa muslim.
b.
Amerika Serikat
Di Amerika studi Islam dibagi menjadi
beberapa komponen.
·
Mengenai doktrin agama
Islam termasuk sejarah pemikiran Islam termasuk sejarah pemikiran Islam.
·
Bahasa Arab, termasuk
teks-teks klasik mengenai sejarah hukum, dan lain-lain.
·
Bahasa-bahasa non Arab
yang muslim, seperti Turki, Urdu, Persia dan lainnya, sebagai bahasa yang
dianggap telah ikut melahirkan kebudayaan Islam.
·
Ilmu-ilmu sosial, sejarah
bahasa Arab, dan sosiologi.
c.
Inggris
Di Inggris, studi Islam di gabungkan dalam School of Oriental and Africa Studies
(fakultas studi ketimuran dan Afrika), salah satu program studinya adalah
program magist tentang masyarakat dan budaya Islam dan dapat di lanjutkan
kejenjang doktor.
d.
Belanda
Di Belanda, kajian Islam dilakukan di
Universitas Leiden. Universitas ini merupakan perguruan tinggi yang sangat
intens memperjuangkan kajian Islam menjadi bagian dari lembaga kajian
Universitas itu sendiri. Di Universitas ini juga terdapat koleksi perpustakaan
kajian Islam yang sangat memadai. Bahkan terdapat manuskrip-manuskrip tentang
Islam yang berasal dari beberapa Negara asalnya.
e.
Jerman
Di Jerman studi Islam di fokuskan pada
kajian-kajian tentang bahasa, budaya, dan agama yang lebih dikenal dengan
seminar orientalis. Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam kajian Islam generasi
pertama di Jerman adalah Theodore Nolkede (1836-1930), Julius Wellhausen
(184-1918) dan Ignaz Goldziher (1850-1921), yang masing-masing dikenal karena
penelitian mereka tentang Al-Qur’an dan perkembangan internal agama dan budaya
Islam. Pada budaya kedua muncul tulisan-tulisan dari Helmut Ritter (1882-1971)
mengenai teks-teks agama Islam dan karya-karya Carl Brockelmann (1868-1956) mengenai
sejarah teks-teks Arab.
C.
Perkembangan Studi Islam di Dunia Barat Fase
Dunia Barat Berjaya
[8]Kedatangan Muslim fase kedua ke dunia barat,
khususnya Eropa Barat dilatarbelakangi oleh dua alasan pokok, yakni:alasan
politik dan alasan ekonomi. Alasan politik adalah kesepakatan kedua Negara,
yang satu sebagai bekas penjajah, sementara yang satunya sebagai bekas jajahan.
Misalnya Perancis mempunyai kesepakatan dengan Negara-negara bekas jajahannya,
bahwa penduduk Negara-negara jajahannya boleh masuk ke Perancis tanpa
pembatasan. Maka berdatanganlah Muslim dari Afrika Barat ke Afrika Utara,
khususnya dari Algeria ke Perancis. Kebijaksanaan yang hamper sama dilakukan
Belanda terhadap penduduk Suriname, Inggris terhadap Pakistan, India dan Afrika
Timur. Adapun alasan ekonomi adalah untuk mencukupi tenaga buruh yang
dibutuhkan Negara-negara Eropa barat.
Adapun kategori Muslim yang ada di Eropa Barat ada dua, yakni
pendatang (migrant) dan penduduk asli. Kategori lebih jauh tentang penduduk
asli dapat dikategorikan kembali menjadi tiga, yakni: orang asli yang masuk
Islam (converted Muslim), keturunan dari Muslim asli yang sudah lama, Muslim
yang kembali menemukan agama aslinya (rediscovery Islam of original roots).
Untuk kategori yang terakhir yakni Islam yang ada di Spanyol. Leluhur mereka
adalah Islam, namun seiring berjalannya waktu mereka keluar dari Islam dan
akhirnya kembali masuk Islam lagi.[9]
Pembahasan
tentang perkembangan studi Islam di dunia barat (Negara non-Muslim) dapat
dikelompokan menjadi tiga:
1.
Berdasarkan dosen yang mengajarkan studi Islam
2.
Berdasarkan perguruan tinggi, dan
3.
Berdasarkan pusat studi.
[10]Berdasarkan dosen yang mengajar, Studi Islam
dapat dikelompokan menjadi dua yakni: tenaga pengajar yang menganut agama Islam
dan tenaga pengajar non-Muslim.
Munculnya sarjana-sarjana Muslim seperti
Muhammad Iqbal, Farzlur Rahman di Chicaho, Mohammed Arkoun, Farid Esack dll
merupakan sebuah hasil dari interaksi mereka dengan tenaga-tenaga pengajar
tentang Studi Islam di dunia barat. Para sarjana Muslim ini dengan
kepiawaiannya dalam menggunakan bahasa barat ini (Eropa dan Amerika) dapat
meluruskan pandangan sarjana Barat yang kadang-kadang berpandangan miring
terhadap Islam dan Muslim.[11]
Mereka non-Muslim lebih disebut dengan sebutan
orientalist,dari kata orient yang berarti timur, dan list berarti ahli. Maka
secara bahasa orientalist adalah ahli ketimuran. Maksud Timur di sini adalah
Islam.
Maka ringkasnya, orientalist adalah ahli
keislaman. Para orientalist ini disebut sebagai orang yang mengetahui islam
secara kognitif atau aqliyah (understanding), tidak pernah sampai pada tingkat efektif
atau qalbiyah (merasakan) apalagi pada tingkat phsikomotorik atau fi’liyah
‘amaliyah.
Berdasarkan perguruan tinggi yang menyebutkan
nama Islam studies di Amerika Serikat (USA) hanya beberapa perguruan ringgi,
diantaranya:[12]
1.
American Islamic College di Chicago, dimana Islamic Studies berada
di bawah Area & Ethnic Studies. Di samping itu, di college ini juga
ditawarkan Religious Studies.
2.
American University di Massachusetts, Washington, yang berdiri
tahun 1893. Islamic Studies ada di dawah Ethnic Studies, sama dengan American
Studies, European Studies, Latin American Studies, Judaism & Jewish
Studies, Area Studies, Ethnic Studies dan Cutural Studies. Di samping itu, ada
juga Religious Studies, yang mencakup Philosophy dan Religious Studies.
3.
College of Wooster di Wooster, dan berdiri tahun 1866. Islamic
Studies ada di bawah Ethnic Studies, sama dengan African Studies, Asian &
Pacifik Studies, European Studies, Latin American Studies, Middle Eastern
Studies, Afro American (black Studies, Area Studies, Ethnic Studies dan
Cultural Studies. Perlu dicatat, di College ini juga ada Religious Studies.
4.
University of Washington, dengan Program Comparative Islamic
Studies dan Comparative Reigion.
Sementara di perguruan tinggi lain lebih banyak menggunakan nama
Studii Wilayah dan Pusat Studi, sebagian diantaranya:
1.
Temple University dengan Prodi Studi Agama.
2.
Indiana University dengan Prodi Program Studi Islam, Timur Tengah
dan Bahasa Timur Dekat.
3.
George University dengan Pusat Studi Muslim dan Kristen.
Daftar lengkap 10 Universitas terbaik di duniia yang menawarkan
studi Islam:[13]
1.
Harvard University (USA),
2.
Massachusetts Institute of Technology (USA),
3.
University of Cambridge (UK),
4.
University of Oxford (UK),
5.
Stanford University (USA),
6.
University of California Berkeley (USA),
7.
Yale University (USA),
8.
California Intitute of Technology (USA),
9.
Princeton University (USA), dan
10. Ecoley Polytechnique (UK).
Sementara di Kanada, masih juga masuk wilayah Amerika Utara, ada
beberapa perguruan tinggi yang menawarkan studi islamndengan ssebutan yang
mirip dengan itu, yakni:[14]
1.
McGill University di Montreal Kanada yang berdiri tahun 1821,
menawarkan studi islam dengan nama Islamic studies, di bawah the faculty of
Arts.
2.
University of Toronto, di school of Graduate Studies, dengan
sebutan Near and Middle Eastern Civilization, di bidang Ancient Near Eastern
Studies, Middle Eatern and Islamic Studies, dan Near and Middle Eastern
Civilization.
3.
Ontario University di Ontario, dengan Prodi Middle Eastern and
Islamic Studies.
4.
Quebec University di Quebec, dengan nama Islamic Studies.
Sementara perguruan tinggi yang menawarkan Studi Isam di Eropa
tercatat diantaranya ada di universitas:
1.
University of Cambriidge di Inggris, yang ada di bawah Faculty of
Asian & Middle Eastern Studies.
2.
University of London di Inggris, di bawah School of Oriental and
African Studies (SOAS).
3.
Durham University di Inggris, yang menawarkan The Institute for
Middle Eastern and Islamic Studies di bawah the school of Government and
International Affairs, dan merupakan satu perguruan tinggi terdepan dalam Studi
Timur Tenag di Inggris. Di prodi ini diajarkan Islamic studies dan ilmu-ilmu
social kewilayahan, bahasa Arab, bahasa Persia, bahasa Turki dan Literature.
4.
Edinburgh University, di bawah Faculty of Islamic and Middle
Eastern Studies.
5.
Frankfurt University di Jerman juga menawarkan Islamic Studies.
6.
Universiteit Leiden di Leiden Belanda.
Di Australia, studi Islam juga ditawarkan di beberapa perguruan
tinggi, baik menjadi bagian dari fakultas dan jurusan maupun dalam bentuk pusat
studi. Lembaga yang dimaksud adalah:[15]
1.
The Australian National University (ANU) di bawah Faculty of Arts
berupa Center for Arab & Islamic Studies, dengan focus studi the Middle Eas
& Central Asia. Di samping itu ada juga Arabic Program, Persia Program dan
Turkish Program.
2.
The University of Queensland, dengan Islamic Studies, dan focus
pada sejarah, agama, hukum dan budaya Muslim di Negara-negara Muslim.
3.
Melbourne University di The Asian Law Centre dan the Centre for
the Study of Contemporary Islam. Meskipun kedua center tersebut bukan salah
satu jurusan, tetapi keduanya berada di bawah naungan Melbourne University.
Berdasarkan pusat studi, ada juga beberapa lembaga, baik yang
beralifiasi dengan universitas maupun tidak, yang menawarkan dan menyediakan
studi Islam, diantaranya ada di United State of Amerika (Amerika Serikat),
yakni:
1.
Islamic Society of North America (ISNA)
2.
Council on American Islamic Relations (CAIR)
3.
All-Dulles Area Muslim Society (ADAMS Center)
Diantara pusat yang ada di Eropa dan Australia adalah:[16]
1.
European Academy for Islamic Studies (EAIS) in London. Di pusat
ini ditawarkan program gelar (degree), pascasarjana dan short course, dan
memiliki dua jurusan: Department of Arabic Studies dan Department of Islamic Studies.
Dosen yang mengajar di akademi adalah Dr. Dawood Abdullah, Dr. Jalal
Saleh, Dr. Abu Al Hareth Al-Madny, Syeikh Khalil Ahmed Abouchidaa, Syeikh
Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Al Rahal, Syeikh Ahmad Gaahoul dan Syeikh Saleh
Oueslati.
2.
The Oxford Centre for Islamic Studies, Inggris.
3.
Centre for Islamic Law and Society di Melbourne Law School, the
University of Melbourne Australia.
4.
Centre for Contemporary Islamic Studies.
5.
Centre for Islamic Management Studies.
Karena itu, hampir di seluruh dunia non-Muslim ada di universitas
dan pusat-pusat yang menawarkan studi Islam. Secara umum Negara ini dapat
dikelompokan minimal menjadi tiga wilayah besar, yakni:
1.
Amerika, yang meliputi USA dan Kanada.
2.
Eropa, yang meliputi Inggris, Belanda dan Jerman
3.
Australia
Di samping tiga wilayah pokok tersebut, Singapore juga menawarkan
studi Islam dengan nama studi wilayah. Jadi dari namanya bukan studi Islam,
tetapi didalamnya masuk juga studi Islam. Bahkan di Jepangpun ada universitas
yang menawarkan Islamic Studies, dan adapula organisasi peminat Islamic
Studies. Organisasi yang dimaksud adalah Association for Islamic Studies in
Japan (AISJ). Organisasi ini bertujuan untuk melakukan penelitian di bidang
Studi Islam dan menjaga kontak dengan institusi-institusi Islam di dunia.
Di Australia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan Studi Islam di Barat disebabkan oleh adanya
kontak langsung antara orang barat dengan orang Islam, adanya pelajar barat
yang belajar ke dunia Islam dan adanya gerakan penerjemahan kitab.
Islam lebih dikenal didunia barat adalah sebagai sains
daripada studi. Salah satu contoh kemajuan Ilmu Pengetahuan dunia barat adalah
adanya Ekspedisi Napolen ke Mesir.
Perkembangan peradaban barat yang berkembang begitu
pesat, dimulai sejak periode pertengahan , dimana peradaban umat islam pada
saat itu mengalami stagnsi. Dari perkembangan studi islam yang berkembang di
dunia Barat, membawa dampak yang positif dan negatif. Hasil perkembangan studi
islam di barat membuat para ilmuwan barat banyak tertarik untuk mengkajinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Nizar, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group .
Ghazali, Muchtar. 2005. Ilmu Studi Agama.Bandung: CV .Pustaka Setia.
Supriadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV
.Pustaka Setia.
Nasution, Khoiruddin. 2016. Pengantar Studi Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Muhaimin,
Tadjab dan Abd. Mujib. 1994. Dimensi-dimensi
Studi Islam. Surabaya: Karya
Abditama.
Abditama.
Chamami,
Rikza. 2012. Studi Islam Kontemporer.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Alavi,
Ziauddin. 2003. Pemikiran Pendidikan
Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan. Bandung: Angkasa.
Abidin,
Zainal. 1997. Sejarah Islam dan Umatnya
Sampai Sekarang. Jakarta: Bulan Bintang.
Badri, Yatim. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
H.A.R Gibb. 1990. Aliran-Aliran Moderen dalam Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
[2] Ibid., hlm. 44
[5] Nasution Khoiruddin, Pengantar Studi Islam. hlm.70-71
[9]Abidin,
Zainal. 1997. Sejarah Islam dan Umatnya
Sampai Sekarang. Jakarta: Bulan Bintang., hlm. 99
[11]Ibid., hlm. 76-77
[12] Muhaimin, Tadjab dan Abd. Mujib.
1994. Dimensi-dimensi Studi Islam.
Surabaya: Karya Abditama., hlm. 56
Komentar
Posting Komentar